Minggu, 18 Maret 2012

asuhan kebidanan pada anak dengan nefrotik sindrome

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK “E” UMUR 2 TAHUN 7 BULAN
DENGAN NEFROTIK SYNDROME
DI IRJ ANAK RSU DR.SOETOMO
SURABAYA






Oleh:
RIANTI
7209037

   PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
  2012


BAB 1
PENDAHULUAN

            Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatik dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada pasien nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

1.1  Konsep Nefrotik Syndrome (NS)
1.      Pengertian.
NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).

2.      Etiologi
Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi :
a.       Nefrotic syndrome bawaan.
Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.
b.      Nefrotic syndrome sekunder
Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK, bahan kimia dan amiloidosis.
c.       Nefrotic syndrome idiopatik
d.      Sklerosis glomerulus.

3.      Patofisiologi.
Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.
Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.

 


 














                                                        
 




















4.      Gejala klinis.
-          Edema, sembab pada kelopak mata
-          Rentan terhadap infeksi sekunder
-          Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
-          Kadang-kadang sesak karena ascites
-          Produksi urine berkurang
5.      Pemeriksaan Laboratorium
-          BJ urine meninggi
-          Hipoalbuminemia
-          Kadar urine normal
-          Anemia defisiensi besi
-          LED meninggi
-          Kalsium dalam darah sering merendah
-          Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.
6.      Penatalaksanaan
-          Istirahat sampai edema sedikit
-          Protein tinggi 3 – 4 gram/kg BB/hari
-          Diuretikum
-          Kortikosteroid
-          Antibiotika
-          Punksi ascites
-          Digitalis bila ada gagal jantung.

1.2  Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome
1.      Pengkajian
1.      Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada  usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi nefrotic syndrome.
2.      Riwayat Kesehatan.
1)      Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
2)      Riwayat penyakit dahulu.

Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
3)      Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
3.      Riwayat kesehatan keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
4.      Riwayat kehamilan dan persalinan
Tidak ada hubungan.
5.      Riwayat kesehatan lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
6.      Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
7.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.
8.      Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
9.      Pengkajian persistem.
a)      Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen
b)      Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.
c)      Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d)     Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e)      Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f)       Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g)      Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h)      Sistem endokrin
Dalam batas normal
i)        Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
10.  Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

2.      Diagnosa dan Rencana Keperawatan.
a)      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 – 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
1.      Catat intake dan output secara akurat

2.      Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine
3.      Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama
4.      Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam.
5.      Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari.
Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan
Tekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi
Estimasi penurunan edema tubuh

Mencegah edema bertambah berat

Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja  hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.

b)      Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.
Intervensi
Rasional
1.   Catat intake dan output makanan secara akurat
2.   Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare.

3.   Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup

Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal
Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk

c)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.

Intervensi
Rasional
1.   Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung.
2.   Tempatkan anak di ruangan non infeksi
3.   Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
4.   Lakukan tindakan invasif secara aseptik

Meminimalkan masuknya organisme


Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

d)     Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takur.
Intervensi
Rasional
1.   Validasi perasaan takut atau cemas


2.   Pertahankan kontak dengan klien

3.   Upayakan ada keluarga yang menunggu


4.   Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga.
Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya.
Memantapkan hubungan, meningkatan  ekspresi perasaan
Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.
Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengumpulan data
Oleh                            : RIANTI
Tempat                        : IRJ ANAK DIVISI NEFROLOGI RSU DR.SOETOMO
Tanggal/jam                 : 8 MARET 2012/ 12.30 WIB
I.       Data subyektif (S)
a.       Identitas.
Nama             : An. “E”
Tanggal lahir :20 oktober 2009
Jenis kelamin : laki-laki
Agama           : Islam
Suku               : jawa
No register     : 12132193
Nama ayah : Tn. “M”
Umur          : 31 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan   : tni ad
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat    : manukan


b.      Riwayat Kesehatan
1.      Keluhan utama.
Ibu mengatakan muka dan badan anaknya bengkak, kemaluannya bertambah besar, kencing keruh dan berbusa.
2.      Riwayat penyakit dahulu.
Tanggal 27 februarui 2012 anaknya opname selama 2 hari saat pulang dirumah diberi pil hijau 3 X 2 tablet selama satu minggu. Tetapi bengkaknya tetap dan merambah ke kemaluan anaknya.
3.      Riwayat tumbuh kembang
Berat badan 13 kg, panjang badan 90 cm, perkembangan fisik dan mental meliputi dapat menghitung jari 1 – 10, menyebut warna merah, hijau, kuning dan biru, menurut ibu klien kalau sehat anak bermain dengan teman seusianya.
c.       Respon keluarga.
Kelurga atau ibu cemas akan keadaan anaknya karena selama ini dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita sakit seperti yang dialami anaknya saat ini.


II.    Data obyektif (O)
1. Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran                  : composmentis
Keadaan umum         : baik
Tinggi badan              : 90 cm
Berat badan               : 13 kg
Tanda-tanda vital      : TD: 120/80 mmhg ; N: 96 x/mnt ; RR : 24x/mnt ; S : 366 ̊ C
2.      Pemeriksaan fisik khusus
a.       Inspeksi
Muka                           : tampak oedem
Genetalia                     : tampak pembesaran pada skrotum
Extremitas bawah       : tampak oedem
b.      Palpasi
Muka               : teraba oedem disekitar palpebra
Abdomen        : teraba keras dibagian kiri
Extremitas       : teraba oedem di kedua extremitas bawah
c.       Auskultasi
Abdomen        : bising usus 10x/mnt

Rabu, 08 Februari 2012

INTERVENSI MENINGKATKAN MUTU BIDAN PRAKTEK MANDIRI

  tugas 1
A.  Latar Belakang
 Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi Bidan di tengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan dan penghargaan.
Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan berkualitas pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang diberikan oleh Bidan, kepuasan pelanggan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai.
B. Dasar Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Anggaran Dasar IBI Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab III Pasal 4.
3. Kepmenkes No. 900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan.
4. SPK (Standar Pelayanan Kebidanan) IBI 2002.

C.  Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Bidan.
Bidan berada pada setiap tatanan pelayanan termasuk adanya bidan praktek mandiri/ bidan praktek swasta ( BPS ). Peningkatan kualitas pelayanan bidan adalah dengan cara :
a. Fokus pelayanan kepada ibu/ perempuan dan bayi baru lahir.
b. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dilaksanakan melalui pelatihan klinik dan non klinik, serta penerapan model sebagai contoh : Bidan Delima, Bidan Keluarga, Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik/ SPMKK.
c. Kebijakan dalam pelayanan kebidanan antara lain : Kep.Menkes no. 900 tahun 2002 tentang Kewenangan Bidan, Kep.Menkes no 369/ 2007 tentang Standar Profesi Bidan, Jabatan Fungsional Bidan, Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan.
D. Peningkatan Kualitas Personal Bidan.
Peningkatan kualitas personal dan universal kebidanan sudah dimulai sejak  dalam proses pendidikan  bidan, setiap calon bidan sudah diwajibkan untuk mengenal, mengetahui, memahami tentang peran, fungsi dan tugas bidan. Setiap bidan harus dapat mencapai kompetensi profesional, kompetensi personal dan universal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sadar tentang pentingnya ilmu pengetahuan / iptek, merasa bahwa proses belajar tidak pernah selesai, belajar sepanjang hayat/ life long learning dalam dunia yang serba berubah dengan cepat.
b. Kreatif, disertai dengan sikap bertanggungjawab dan mandiri. Bidan kreatif yang bertanggungjawab dan mandiri akan memiliki harga diri dan kepercayaan diri sehingga memumgkinkan untuk berprakarsa dan bersaing secara sehat.


c. Beretika dan solidaristik.
Bidan yang beretika dan solidaristik, dalam setiap tindakannya akan selalu berpedoman pada moral etis, berpegang pada prinsip keadilan yang hakekatnya berarti memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya / bersifat tenggangrasa.
C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI SAAT INI.
Seiring dengan bertambahnya kebutuhan tenaga bidan yang dirasakan oleh Pemerintah dan Masyarakat, seiring dengan betambahnya jumlah bidan, serta kepercayaan Pemerintah dan Masyarakat terhadap bidan  dalam upaya- upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu - Bayi ( AKI – AKB ) dan  meningkatkan derajat kesehatan masyarakat , sangat diperlukan bidan- bidan yang professional.
Permasalahan inilah yang menjadi bahan renungan dan pertanyaan untuk diri setiap bidan, sudahkah kita ikut berproses dalam upaya untuk mencapai sebutan bidan yang professional?
D. RANGKUMAN.
Bidan yang professional adalah bidan yang kompeten, ahli dalam bidangnya, dinamis, kreatif – inovatif , beretika dan mempunyai rasa solidaritas yang tinggi. Merupakan proses perjuangan yang harus terus menerus dihidupkan bagi setiap diri bidan bersama organisasi profesinya untuk dapat mencapai sebutan  bidan yang profissional .  
      Sebenarnya banyak sekali upaya2 yg dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidan selain dari   bidan itu sendiri jg harus diperhatikan tentang kelayakan sarana, prasarana, dan fasilitas termasuk logistik yang mencakup pemeliharaan, penyimpanan obat, kebersihan alat, keserasian letak dan alur kerja serta kenyamanan pelanggan. Karena yang bisa menilai bidan itu bermutu atau tidak adalah pasien/pelanggan/orng yg kita layani. trus untuk pencapaian mutu pelaynan tidak harus MAHAL or MEWAH, yang penting bersih, nyaman dan terkesan dihati pelanggan. lebih lebih kalau bisa unik beda dari yankes lainnya untuk itu bidan kalau bisa jg harus kreatif...
contoh:
1. buatlah tempat praktek anda seminimalis mungkin bersih nyaman n tidak harul mahal tp terkesan elegan jangan terlalu rumit tp bisa sistemetis dalam memberikan pelayanan kepada pasien
2.lengkapilah alkes yg anda miliki tidak hrs banyak tp lengkap
3. lakukan asuhan kebidanan sesuai dg standart dlm kepmenkes tp jg hrs disesuaikan dg kondisi masyarakt setempat


sekian dulu za... saya sangat berterima kasih atas saran dan kritiknya

assalamu’alaikum……
berdasarkan hasil saya diatas saya belum bisa nilai gus terserah gus saja,
tapi pengennya sih za A gus…. Atau minimal B+++ juga gak masalah  gus,
hehehe…..
trimakasih gus